- Goresan Hati -

Dalam hidup yang penuh perjuangan, jangan kau jatuh ketika semua beban berada tepat di pundakmu.

Sabtu, 07 April 2012

Cinta Dalam Hati

"Mungkin ini memang jalan takdirku, mengagumi tanpa dicintai. Tak mengapa bagiku asal kau pun bahagia dalam hidupmu, dalam hidupmu...
Telah lama kupendam perasaan itu, menunggu hatimu menyambut diriku. Tak mengapa bagiku mencintaimu pun adalah bahagia untukku, bahagia untukku..."


Berulang kali lagu Cinta Dalam Hati-nya Ungu saya putar sampai tengah malam. Bertemankan lelah mencari jurnal untuk tugas kuis teknologi pengemasan. Terlalu lelah mungkin, sampai-sampai perhatian saya lari ke blog. Sebenarnya, hati saya yang begitu lelah. Sudah terlalu sesak untuk menarik nafas satu tarikan. Entah malam kapan, saya benar-benar menangis di atas sajadah. Setelah sholat tahajud, tetesan air mata berderai menghadapMU. 
"Ya Rabb, saya tak pernah sedetik pun mengizinkan ingatan ini tertuju padanya. Namun, semakin hari hati dan pikiran ini semakin kuat menggambarkan sosok dirinya. Ya Rabb, bantu hamba keluar dari gejolak hati yang hampir merobohkan pertahanan hamba. Saya lebih memilih kesendirian hati tanpa mengenalnya, daripada saya terlunta mengaguminya dalam diam. Engkau lebih mengetahui detail hati hamba, Ya Rabb. Engkau tahu yang terbaik untuk hamba. Kuserahkan persoalan hati ini. Saya telah beristiqomah, saya selalu takut dan takut bila saya mulai menyukai dan menyayanginya. Jagakan hati hamba dari karismatik dirinya, hingga membuat saya lalai dalam beribadah. Amin".




               Semua bermula dari praktikum biologi (Semester 1). Entah kapan pastinya, saya mulai mengagumi sosok penyendiri dan tegasnya. Tapi saya tidak begitu peduli akan hal itu, sampai akhirnya saya mendapatkan mimpi tentangnya dan tentang saya. Tepat semester dua, hari apa itu saya lupa. Jelasnya, esok hari ada praktikum kimia organik. Saya satu kelompok denganya, sampai-sampai saya tidak mau menegur atau melihatnya. Entahlah, saya menjadi BENCI padanya karena bunga tidur saja! Ketika ada kuliah umum di Pasca Sarjana. Saya baru tau, ternyata bukan hanya saya yang mengagumi sosoknya. Kenapa bisa tahu? Ketika kami mengadakan game truth and dare di mess PT Semen, keempat teman saya yang lain mengakui hal itu (semester 3). Sebelumnya, saya sangat sadar sosok dirinya yang begitu diam dan tegas. Saya tak pernah terlalu menghiraukan keberadaan dirinya. Sampai-sampai, hampir tergeserkan oleh seseorang yang membuat tragedi segitiga. Tapi, begitu kuat karismanya... Hingga seseorang itu tak berhasil menggantikannya. Semester 4, seseorang itu masih saja dekat denganku. Perjalanan pulang fieldtrip pun tak lepas berkirim-kirim pesan singkat dengan dia. Tapi, saya tetap tak menemukan chemistry dengan seseorang ini. Entahlah, mengapa saya tertuju padanya yang telah mencuri perhatian saya sejak semester 1? Masuk semester 5, dua kelompok praktikum saya diberikan kesempatan untuk bekerja sama dengannya. Saat inilah, saya baru menyadari bahwa benar ada dirinya dihati. Jujur saja, saya tak pernah merasakan perasaan yang menggebu-gebu. Deg-degan yang dirasakan hanya biasa, namun... Nyaman! Ketika bisa satu kelompok dengannya, entah mengapa setiap sudut bibir ini dengan refleks menarik 2 cm ke kanan dan ke kiri. Pada bulan 10, dia menyemangati saya melalui pesan singkat yang dikirimnya. Jujur, berulang kali saya baca dan senyum-senyum sendiri. Entah mengapa, kata-kata semangat itu begitu luar biasanya memompa kembali semangat yang sempat kendur. Sekarang, semester 6. Saya mengira dapat melupakannya. Namun, lagi-lagi saya dihadiahkan bunga tidur tentangnya. Masyallah... Semester ini, semester yang sangat berat untuk saya. Minggu kemarin, begitu intensnya kami berkirim-kirim pesan. Sempat-sempatnya ia menjahiliku, "di kalender saya, kok tanggal 11 bulan april tanggal merah ya? :D"... Kagetnya saya, itu tanggal kelahiran saya. Ya Allah, bagaimana pertahanan hati ini tidak goyah? 


Saya sudah berulang kali menangis akan hal ini. Menangis memohon keridhaan dariMU, Ya Rabb. Keridhaan untuk menghapus dirinya dari memori hati dan pikiran saya. Tidak pernah saya merasakan sakit menahan semua ini, yang ada hanya ketakutan. Takut bila sebenarnya saya benar-benar telah jatuh ke dalam jurang.
Siapa lagi penolong hamba selain Allah Azza wa Jalla? Pencipta segala yang terlihat ataupun tidak, yang hidup dan yang mati, yang besar dan yang kecil, yang tua dan yang muda, terukur dan tidak terukur, dan segala hal yang tak bisa saya rincikan satu per satu. Saya tidak menginginkan satu kepastian tentang diriku di matanya. Saya terus-terusan berdoa untuk menekan rasa kagum ini. Saya yakin, Allah tau yang terbaik untuk saya. Bimbing dan tuntun hati hamba untuk selalu mengingat Asma Engkau, Ya Allah. Amin, :)

0 Komennya...:

Posting Komentar

Arigatoo ma Friends