- Goresan Hati -

Dalam hidup yang penuh perjuangan, jangan kau jatuh ketika semua beban berada tepat di pundakmu.

Senin, 12 Desember 2011

Dunia dan Cinta

Seiring dengan berjalannya waktu, kita telah semakin dewasa.
Semakin dewasa untuk melihat dan mengerti dunia sesungguhnya.
Semakin dewasa untuk memiliki dan merasakan cinta seutuhnya.
Dunia dan cintaa, karena keduanya kita ada.
Tapi, terkadang dunia yang ada tak seindah cinta yang kita miliki.
Kau tahu kenapa? 
Karena Tuhan mempunyai jalan sendiri untuk itu.
Dan juga, terkadang cinta yang ada tak sebesar dan sekokoh dunia.
Kau tahu kenapa?
Karena Tuhan belum seutuhnya memberikan kepercayaan pada kita untuk menyerahkan cinta itu.
Oleh karena itu, tersenyumlah jika kau telah merasakan kehadirannya karena begitu sempitnya waktu dan besarnya cinta, terkadang orang-orang tak mempunyai banyak waktu untuk mencari.

Aku bersyukur, aku memiliki banyak waktu untuk mencari hingga aku menemukan dan merasakan. Dan masih bisa mengatakan seribu kali padamu bahwa aku menyayangimu.
Saat aku berpikir ingin mendapatkan sesuatu, aku masih memiliki cintamu.
Saat aku ingin memilikimu, menguasaimu atau saat aku harus memilih, kamu tak pedulikan aku. Membuatku kesal!
Aku akan segera tinggalkan masa yang terlupakan. tak peduli tawa atau tangis.
Setiap tetes dari detik kenangan ini, ku harap dapat menemani orang yang paling kucintai.
Berani meneruskan perjalanan hidupnya, meskipun waktu yang dimiliki singkat.
Aku ingin kau dengar, sayangilah, rengkuhlah semua yang kau miliki.
Tak peduli sekarang atau masa depan, meskipun bergulir pergi takkan ada penyesalan.


Kapankah perasaan ini akan berhenti?
Kapankah perasaan ini bermulah?
Bagaimanakah aku harus mendengar pikiranku tanpa harus mengahancurkan hatiku?
Aku sangat bingung. Aku tak dapat memikirkan apa-apa selain dirimu.
Apa yang harus aku lakukan?
Haruskah aku mengabaikanmu atau memberinya waktu?
Aku tak mampu berpikir jernih.
Hatiku mengendalikan jiwaku.

Kesedihan tidak akan membiarkan kebahagiaan datang sendiri di kehidupan manusia.
Padahal banyak rasa sakit dan kehilangan dalam hidupku.
Padagal, hidupku terasa singkat untuk samua rasa itu.
Beruntuglah manusia yang tahu apa yang mereka cari dan diberi cukup waktu untuk mencari.

Bukan begitu cara mengatakan C.I.N.T.A
Bukan dengan hanya berjalan bersama dapat dikatakan sepasang kekasih.
Cinta adalah ketika dapat berjalan bersama diatas kerikil tajam, ketiak berjalan bersama diatas api.
Dunia tak akan indah tanpa cinta, karena cinta adalah segalanya.

Aku ingin katakan pada semuanya.
Cobalah melihat tidak dengan mata.
Semoga dalam satu menit yang akan menjadi sunyi ini, semuanya menutup mata dengan tenang.
Gunakan hati yang paling dalam untuk merasakan dunai ini.

-Cebonk-

Minggu, 11 Desember 2011

Walau Aku Tak Ingin

Malam kemarin, lagi-lagi aku seperti bukan orang yang aku kenal!
Aku bersikap antipati terhadap kamu. Seolah kamu seorang misterius yang telah masuk Daftar Pencarian Orang pelaku kejahatan. Aku berbuat begitu untuk kedua kalinya. Aku menyesalinya, sungguh. Belum sanggup bila aku harus mendapati kamu berbuat seperti apa yang aku minta. Entah apa yang telah merasuki diriku. Entah kenapa aku menyakiti perasaamu dengan keegoisan sikapku. Sayangku yang telah lama bertahan, telah lama aku simpan, telah lama aku menanti kini tak sanggup lagi menerima kehadiran dirimu. Dirimu yang tak bersalah, akan bertambah kecewa atas ulahku. Memang benar, kita hanya teman biasa saja. Tapi, aku tak bisa pungkiri bahwa aku telah lama menyayangimu.
Aku hanya tak ingin bermain-main lagi dengan perasaanku. Ketika aku harus mendengar suaramu, ketika aku harus melihat wajahmu, ketika aku harus mendapati pesan singkat darimu. Jarak yang kini aku buat, bukan karena aku membenci dirimu. Tapi, aku hanya ingin membatasi laju pertumbuhan rasa di hatiku semakin meningkat. Layaknya buah yang disimpan dengan penambahan karbit, akan mempercepat proses pematangan pada buah tersebut.


Aku menahan kecewaku di saat aku bersikap acuh padamu. Menahan amarahku di saat aku menjauhi dirimu. Kecewa dan marah akan diriku yang begitu lemahnya menahan rasa sayang ini sehingga aku mengorbankan dirimu untuk terus kusakiti. Tak ada yang salah pada dirimu. Hanya aku saja seolah pintar membiarkan hati ini membuka gerbang kesesatan yang tak bertepi. Mengapa sejak awal, aku tak bisa melepaskan pandangan hatiku terhadapmu? Kisah ini seperti film Thailand First Love.  Namun, akhir dari kisah Nam dan Kak Shone bahagia.
Aku bingung sebenarnya. Aku berusaha untuk menjauh, namun aku berusaha untuk tetap bertahan. Mungkin, kali ini kamu memang benar-benar akan menjauh dariku. Setapak demi setapak jejak langkahmu pun semakin menghilang. Banyak kata yang terucap dalam pikiran dan hatiku. Bagaimana dan apa yang saat ini aku rasakan? Tuhan, betapa aku ingin ini semua cepat berlalu..


Kamu tahu, betapa senangnya aku semalam ketika kamu masih saja tetap berusaha menghubungiku. Walau kamu harus memakai Private Number agar aku mau mengakatnya. Suaramu, hampir saja meluruhkan hatiku. Tapi, tetap saja aku harus berbuat seakan aku tak butuh kamu lagi. Membuat kamu kecewa. Dan benar, setelah telepon aku akhiri dengan sengaja kamu pun mengirimkan pesan yang berisi kata-kata ku mengakhiri telepon itu, "Sorry, sudah ngantuk mau tidur.. Assalamualaikum".
Sungguh, aku tak berniat begitu. Hatiku langsung saja menangis. Aku berusaha untuk meminta maaf kembali padamu. Namun, pesan yang aku kirimkan di malam itu tak ada jawaban satu pun darimu. Aku menanti. Hingga akhirnya aku beranikan lagi untuk mengirimkan pesan singkat itu. Leganya aku ketika kamu masih mau menjawabnya. Tapi, sungguh aku tak tahan ketika aku pun memberanikan diri untuk meminta maaf secara langsung melalui telepon, suaramu begitu acuh. Tak kalah dengan nada suaraku semalam. Aku belum sanggup untuk itu. Aku masih ingin kita bercanda dan tertawa bersama lagi. Aku tak tahu apa sebenarnya yang aku inginkan. 


Teringat pesan seorang yang sangat aku sayang. Seorang yang sangat mencintaiku sejak kelahiranku didunia ini. Seorang yang telah merawat dan membesarkan aku. Beliau sepertinya, tak ingin kan bila aku mempunyai perasaan lebih padamu. Beliau setuju, bila aku hanya berteman saja. Tak ada yang salah pada sikapmu, pada dirimu. Hanya saja, ada satu alasan yang membuat beliau tak menyetujui perasaanku yang notabene itu pun mungkin tak kau kehendaki.
Aku berusaha mengubur rasa itu, sejak saat itu terucap dari mulut beliau. Hatiku gamang sesaat. Entah alasan apa yang harus aku berikan padamu tentang perihal jarak yang telah aku bangun? Sejuta tuduhan mungkin telah aku lontarkan untuk membuatmu mengerti. Alasan yang kurasa cukup tak masuk diakal. Alasan yang aku cipta agar kau pun menerima akan keputusanku. Aku hanya mencoba untuk menghapuskan rasa sayang ini sejenak. Bukan untuk memusuhimu atau membencimu. Aku hanya terisak bila ingat pesan itu. Pesan untuk tidak mempunyai perasaan lebih pada dirimu. Namun sayangnya, pesan itu datang terlambat sejak kurawat dan kupupuk rasa ini 12 tahun yang lalu.


Lantas, akan kukubur di mana?
Semua yang telah terjadi. Semua yang telah terukir. Semua hal yang berkaitan tentang dirimu. Tapi, aku harus! Jika tidak, aku akan semakin tersesat oleh perasaanku sendiri. Aku akan semakin menggila. Bantu aku menemukan akar dari rasa sayang ini. Bantu aku mencari racun untuk mematikan pertumbuhan rasa sayang ini. Bantu aku menguburkan rasa sayang ini.
Aku selalu dan selalu berusaha untuk mengacuhkan perasaan ini. Sejak dulu, sejak aku tahu kamu mencintai dia-seniorku. Sejak dulu, sejak aku tak diperbolehkan untuk menyayangimu.




   "Cuaca yang tampaknya cerah, tetap saja memayungi bumi dengan mendungnya.
    Dibalik arak-arakan awan, tesembunyi cahaya matahari yang semakin melemah.
   Sayupnya semilir angin, membawa kepekatan mendung yang semalin menebal".



Pergilah menjauh, walau aku tak ingin. Biarkan saja kamu membenciku. Tak mau menolehkan wajahmu di saat sapaku terlantun. Biarkan saja semuanya begini, walau aku tak ingin. Serahkan saja semua pada-Nya, Allah SWT. Pencipta rasa suka dan duka. Pencipta sayang dan benci. Pencipta aku dan kamu. Mungkin nanti, ketika semua kembali pulih. Kamu tetap saja menyimpan kecewa akan sikapku, aku terima. 
Aku sayang dirimu sejak saat itu, kini dan entah kapan...