- Goresan Hati -

Dalam hidup yang penuh perjuangan, jangan kau jatuh ketika semua beban berada tepat di pundakmu.

Kamis, 17 Mei 2012

Berlalu Tak Berlalu...

Dalam buaian dimanja dalam kasih.
Gejolak tertumpah mengikat asa yang tertebak, kelam.
Berhenti mundur pun menyisakan jejak hitam kesakitan.
Berjalan maju bak kamuflase hadiah dari Tuhan.
Diam, diguyur hujan sesal yang tak berujung.

Bukan tak merindu bulan bersanding dengan matahari.
Kini tersulam benang rajut dalam angkasa hati.
Mata pun telah berkata sesungguhnya benar, kasih.
Menjauh rindu menjadi-jadi.
Mendekat hati bersyair dan bernyanyi.

Maaf, bila roda mendahului kemudi.
Tapi sungguh, matahari telah bersatu dalam bulan.
Teori berjalan, namun praktek tak selogika.
Ah, langit tak runtuh jika bumi bergetar.
Tapi guruh ingin memuntahkan kilatnya.
Satu rumput hijau menguning dikala senja disapu malam.
Berbeda, tampak sama.
Nyatanya penjahat, tapi topengnya malaikat!

Tangisan mengering dalam sayatan.
Terputar video amarah yang memutusasakan.
Jeritan meredam dalam keramaian.
Mati, yah... Mati saja pecundang tak bernyawa!
Hidup sekedar hidup menanti sisa hitungan.
Tak satu pun tahu dan pasti tak akan mau mengerti.
Lebam hati tertinju pekatnya tekanan jiwa.
Mengadu dan terus menangis.
Kasih, bila mendung memayungi.
Lepaskan ruh mencari jalan kesetiaan pada kesendirian.
Hati saja yang tersisa dan kuburlah dalam jiwa, kasih...

Minggu, 13 Mei 2012

"Maafku"

Aku pernah merangkai kata-kata yang aku kirim ke beberapa teman. Beberapa teman yang aku anggap memang pintar bersajak dan mencintai dunia menulis. Saat itu, saat di mana aku seolah dipermainkan oleh seseorang. Hahahaha... :D
Cinta! Lagi dan lagi, cinta! Tak ada kata lain selain itu? Tak ada sebab lain selain itu? Mungkin! Aahh, entahlah... Tidak-tidak, aku rasa itu bukanlah cinta. Yah, itu hanya sebuah rasa kagum sesaat. Rasa kagum yang tak pernah menjelma menjadi suka, sayang atau pun cinta!
Kata-kata yang pernah aku kirim itu, sudah berulang kali dikirim kembali ke aku oleh salah satu temanku. Aku memang melihat kisah yang sama dari rangkaian kata yang pernah aku kirim kepadanya. Hmm, kisah yang sangat membingungkan dan tak pernah sama sekali aku menebaknya. Tak pernah!


         Hujan tak bertepi merundung duka dikabut hati...
       Sadari tak mungkin berlari, karena mentari telah padam.
       Namun membenci tuk bertahan dalam sangkar emosi.
       Mungkinkah cahaya siang bersanding dalam tenangnya malam?

       Musim tak menua kala berganti tahun.
       Tenang menata jiwa menatap cermin retak.
       Harap tak lagi menggelegak.
       Hanya saja, rintihan kecil itu terus bernyanyi.
       Memanggil sayup nama indah di palung hati.

Kalimat itu, begitu biasanya aku merangkaikan dalam suasana hati yang mendukung. Tetapi, begitu luar biasa ketika kalimat itu ditujukan kepadaku karena aku yang membuat seseorang menjadi membutuhkan kalimat itu. Mungkin, kalau aku bisa kembali ke masa lalu. Begitu banyak catatan hidup yang ingin aku rubah, tidak juga akan aku rubah menjadi baik tanpa celah. Tidak menarik hidup tanpa tanjakan dan turunan. Hanya ada masa-masa tertentu yang memang aku tak ingin kalimat itu aku rangkai. Masa-masa di mana aku lupa untuk mensyukuri nikmat dan berkah yang Allah curahkan kepada aku, keluargaku dan teman-temanku. Dan masa di mana aku terlalu sibuk dan senang akan kenikmatan duniawi saja. Tapi, itulah kejutan-kejutan yang telah Allah siapkan untuk aku. Aku merasakan jatuh dan bangun hingga aku merasakan sedih, sakit, kagum, suka, sayang dan mungkin CINTA. Maaf bila aku tak bisa menjadi sempurna, tak bisa tak menyakiti, tak bisa menjadi seorang malaikat dan tak bisa menjadi inginmu, inginnya, serta ingin kalian. Aku adalah aku yang tak luput dari kealpaan dan kekhilafan. Aku hanya insan biasa yang masih butuh pertolongan dan juga nasehat. Apabila kalian terluka karena aku, maafkanlah aku :) ...

Sabtu, 12 Mei 2012

Kemelut di Badai Hati

Ketika kemarin, melihat awan begitu kelabu diarak-arakan.
Mendung menyelimuti kota mati di taman hati.
Hey kau gagak hitam, usah kau tangisi keringnya air di telaga biru tempatmu dulu pernah bernaung.
Di tepian sana, terbentang lautan nan luas!


Memang benar, telaga itu menyimpan berjuta cerita kau dengan si anggun ikan emas.
Tak kau temui dia di lautan, tapi mungkin akan lebih dari yang dulu kau punya.
Boleh jadi kau terus bermuram durja.
Boleh jadi kau bersedih hati.
Tapi tak pernah kau sadari Elang pun belum tentu bahagia dengan ikan emasmu.


Kepakan sayap-sayap di udara, seakan menampakkan kegagahan jiwa ksatria.
Biarkan bumi tetap berotasi.
Biarkan malam tetaplah malam.
Biarkan bulan bersanding bersama bintang.
Tak mungkin dua alam bersatu dalam satu masa.
Terbanglah hey kalian, gagak hitam dan elang!
Di penjuru dunia, kan kalian temui pasangan terindah yang menanti hidup bersama.
Tinggalkan si ikan emas, karena dia pun pasti tak akan pernah bisa terbang.
Dan karena kalian pun pasti tak akan pernah bisa berenang.


Perbedaan itu pasti.
Biarkan terjalin dalam satu kenangan persahabatan.
Beribu kali kau menyamakan langkah, pasti kau akan tersandung pula.
Berjuta kali kau mencocokan kemiripan, pasti kau akan temui perbedaan pula.
Aku, kamu, dia, dan kita tak akan pernah sama.
Tak akan pernah satu tanpa takdir yang menyatukan.
Tak akan ada guruh bila mendung tak datang.
Tak akan ada pelangi bila hujan tak menyapa.